Demikian disampaikan Suster Yudith, pada acara kegiatan rekoleksi sekolah minggu atau Pendalaman Iman Anak (PIA) Gereja St Ignatius di Gua Maria Ibu Talanging Sih, Kapel Kristus Raja Paroki Keluarga Kudus Atmodirono Semarang, beberapa waktu lalu.
Suster Yudith, mengajak anak-anak, bahwa dunia merupakan tempat yang lebih baik apa yang dapat mereka kerjakan.
Suster yang hadir sebagai pemandu kegiatan rekoleksi PIA tersebut, memberikan contoh sebuah tayangan melalui film seorang pria cacat bernama Tony Melendez , yang tidak memiliki 2 buah tangan, namun dia pintar dapat memainkan musik gitar dengan menggunakan kakinya, dimana dia dapat menjadi contoh bagi anak-anak untuk berbuat kebaikan terhadap sesama.
Sementara orang yang diberi tangan kadang digunakan untuk melakukan hal-hal tidak baik, seperti mencuri, menampar, mencubit, memukul, mendorong temannya, jelas suster yang asli Krapyak ini.
Lanjut suster Yudith, bahwa tangan merupakan anugerah dari Tuhan untuk digunakan hal-hal yang baik, seperti belajar menulis, menyayangi temannya, menolong orang, dan membantu orangtua.
Menurut suster yang saat ini tinggal di Temanggung, kegiatan outdoor bagi sekolah minggu (PIA) ini sangat baik sekali, minimal bisa dilakukan setahun sekali atau dua kali.
“Mungkin bisa dilakukan dengan kunjungan ke gereja atau paroki lain, tanpa meninggalkan tujuan kegiatan sekolah minggu. Selain itu dapat dilakukan dengan anjangsana ke panti asuhan, atau rekreasi,” kata suster yang sekarang bekerja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem (Bethlehem), Temanggung ini.
Harapannya, agar sekolah minggu itu tetap ada dan terus maju, serta berkembang dengan mengajarkan iman kepada mereka yang berbeda dengan misa harian atau mingguan. (KOMSOS)