...Selamat Datang di Website Resmi Gereja St. Ignatius Paroki Administratif Krapyak - Semarang, Media Informasi Umat dan Gereja. Alamat Jl. Subali No 8 Krapyak-Semarang. Silahkan krim artikel, saran dan kritik ke komsos_st_ignatius[at]yahoo[dot]co[dot]id..

Jumat, 26 Agustus 2011

Ke-katolik-kan Ibu Amini Dalam Pengorbanan Yesus

Terkisah seorang yang bernama ibu Amiani, pada petemuan pertama APP 2011 ini, yang jika disingkat gambaran hidupnya sebagai seorang katolik sejati telah menawarkan nilai pengorbanan mendalam dalam praktek hidupnya. Ia adalah sosok “Ibu yang sederhana, sederhana  dalam pemikiran termasuk menghadapi rumah tangga. Punya anak lima orang. Setiap malam menutup kegiatannya dengan Rosario. Senantiasa bersyukur. Menyadari, Allah menuntunnya dalam penyelesaian segala perkara. Ia giat baik dalam lingkungan dan masyarakat dan senantiasa membantu sesama. Ia menyerahkan semuanya pada kebijakan Allah. Mempunyai filosofi hidup “kalau sekarang tidak baik, pastilah suatu ketika menjadi baik”. Ia sangat sabar, ia tidak kaya akan tetapi kaya dengan cinta dan pengalaman akan Allah dalam hidupnya. Ibu Amiani melakukan semua ini dalam kesederhanaan pemahaman makna dan arti sebagai seorang katolik yang mengartikan pengorbanannya menjadi terjemahan pengorbanan Yesus baginya.    Sementara, dikisah lain saya ingat Marsinah (Mei 1993) adalah sebuah simbol perjuangan tentang keberanian yang harus dibayar dengan kehormatan dan nyawa dan Munir (September 2004), sama halnya dengan Marsinah juga adalah simbol.  Ia menegakkan kebenaran yang harusnya memang tegak dan mengungkapkan kebusukan ke publik sehingga meruap bau tak sedapnya dikala yang lain ingin menyembunyikannya jauh-jauh. Aksinya pun berakhir naas.

Pengorbanan Yesus untuk apa dan untuk siapa?
Semoga Film yang berjudul "The Passion of the Christ" kita masih ingat, yang berisi tentang kisah kehidupan Tuhan Yesus menjelang masa-masa penyaliban hingga wafat-Nya di Golgota. Penggambaran yang pas mengenai penderitaan Yesus Kristus yang dihadirkan dengan penuh artistik hingga puncaknya di Golgota, dengan seni yang tinggi menunjukkan pengorbanan Yesus Kristus yang paling nyata dan sempurna.
             Setiap kali kita merayakan paskah, perhatian kita berfokus pada pengorbanan Yesus di atas kayu salib, penyelamatan dan penyucian umat percaya. Agar tidak menjadi peristiwa yang selalu terulang dan kehilangan makna, sebagai orang katolik hendaknya mengajukan pertanyaan untuk apa dan untuk siapa Yesus mengurbankan diri. Hal ini mendapatkan arti dan makna jika peristiwa ini berarti kita sampai pada kesadaran bahwa Yesus begitu mengasihi dunia dengan mengorbankan diri-Nya sebagai domba Paskah yang tidak bercacat untuk penebusan (kita) umat manusia tidak terkecuali.
             Paskah tahun ini menggunakan moment film tersebut untuk menegaskan keselamatan di dalam Yesus Kristus kepada kita manusia. Yesus telah dikorbankan, dihina, dipaku dan disalibkan untuk menggenapi rencana Allah dalam menyelamatkan seluruh isi dunia ini. Hanya kepada kita yang percaya kepada bilur-bilur pengorbanan Yesus di salib yang akan memperoleh pengampunan dosa. Sungguh tepat apabila saya dan kita bertanya benarkah saya menjadi orang katolik sejati sehingga bukan "siapa yang menyalibkan Yesus Kristus", tapi "untuk siapa Yesus Kristus disalibkan?"

Memaknai Pengorbanan
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, upah dosa adalah maut. Pada saat itu jugalah Yesus tidak tega melihat kita binasa dan mati karena dosa-dosanya. Yesus yang adalah Allah memilih untuk datang ke dalam dunia ini untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah yang telah terputus akibat dosa.
Dalam kondisi seperti itu Kristus yang berada di surga harus berinkarnasi menjadi manusia dan menjadi korban tebusan bagi umat manusia. “….walaupun dalam rupa Allah, tidak mengganggap kesetaraannya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7).
Dari sini kita mengetahui pengorbanan sejati yang dilakukan oleh Yesus Kristus bagi seluruh umat manusia.

    Atas dasar apakah Yesus melakukan pengorbanan itu? Belajar dari pengorbanan Yesus:
a. Pengorbanan-Nya dibangun atas dasar kasih (Yoh 3:16). Dalam bahasa Yunani kata kasih yang dipakai adalah "Agape" yang berarti kasih yang tulus, tanpa pamrih, tanpa syarat, tidak ada motivasi yang terselubung, tidak ada udang di balik batu. Inilah ketulusan sebuah pengorbanan. Bukan sesutau yang mustahil hal kita dapat lakukan dalam hidup nyata, hanya jika kita meneladani Kristus dalam setiap tindakan dan pengorbanan untuk Tuhan.

b. Pengorbanan-Nya dibangun atas dasar agar Bapa dimuliakan dan janji Allah digenapi melalui hidupNya. Seluruh pengorbanan dan pelayanan Yesus di dunia ini diarahkan pada satu gol yang jelas, yaitu Bapa dimuliakan dan genaplah janji Bapa tentang karya keselamatan bagi dunia ini. Dalam kitab Injil, Yesus melakukan banyak mukjizat. Yesus tidak pernah melakukan semuanya itu agar Dia dimuliakan atau disanjung tinggi oleh para pengagum-Nya melainkan supaya Bapa-Nya dimuliakan (Yoh 11:40).

c. Pengorbanan sejati. Pengorbanan sejati akan melahirkan sifat kasih sayang terhadap sesama, lingkungan dan bangsa, terutama dengan saudara kita yang kurang mampu. Seorang pekurban sejati rela menyembelih sifat egois, kikir dan tamak pada harta dan tahta, sehingga yang kuat selalu membantu yang lemah dan yang kaya memberi yang miskin. Ia akan memberi kekuatan ketika ada orang yang lemah dan rela berkurban untuk melindungi orang-orang yang teraniaya serta rela mengorbankan apapun untuk membantu orang lain. Bahkan, dalam rangka mendekatkan dirinya pada Allah, ia juga rela menyembelih kecintaannya terhadap harta, kedudukan dan apapun yang dimiliki dan dicintainya.
d. Pengorbanan Yesus Sempurna
Yesus memberi diri seutuhnya. Cinta yang sempurna. Bagi kita berarti jika spirit untuk senantiasa peduli, saling menyayangi, saling menyantuni, saling memberi, saling berempati, peka terhadap penderitaan orang lain, dan semangat berbagi demi meringankan beban atau membahagiakan orang lain senantiasa ada dalam diri, maka itulah seorang pekurban sejati, sebagaimana ditampakkan Yesus pada kita.

Akhir kata
Ibu Amiani, Marsinah, dan Munir serta sosok lain seperti mereka hanyalah debu sejarah. Di masa mendatang nama mereka barangkali hanya bisa diingat segelintir orang tua dan seperempat lintir orang-orang muda. Kiranya pengorbanan Yesus akan terpatri di dalam sanubari setiap kita yang telah mencicipi keselamatan berkat pengorbanan Yesus. Nilai-nilai tentang pengorbanan jiwa, penyerahan paling total dalam taraf pengorbanan, bagi perjuangan kemanusiaan telah mereka tancapkan dalam-dalam ke perut sejarah yang terus bergulir maju ini.
Dalam perayaan Paskah ini, kita mengenang mereka, Ibu Amiani, Marsinah dan Munir. Semasa hidupnya, mereka berdua (Marsinah dan Munir) bukanlah orang ber-KTP Katolik akan tetapi ironisnya, dari apa yang telah mereka lakukan dan persembahkan, bagi kita cerminan contoh figur yang tepat untuk mengenal dan mencoba mengikuti Yesus yang juga berani mengorbankan jiwa untuk sesamanya, dua ribu tahun silam.
Selamat menyambut Hari Paskah! Selamat mendalami makna berkorban bagi sesama dalam karya nyata.


Dari berbagai sumber
Polius Lombu, S.Pd
Katekis Stasi Krapyak - Paroki St. Theresia Bongsari


0 comments:

Posting Komentar

 
Modified by Team Komsos | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls