...Selamat Datang di Website Resmi Gereja St. Ignatius Paroki Administratif Krapyak - Semarang, Media Informasi Umat dan Gereja. Alamat Jl. Subali No 8 Krapyak-Semarang. Silahkan krim artikel, saran dan kritik ke komsos_st_ignatius[at]yahoo[dot]co[dot]id..

Senin, 02 April 2012

Ngudoroso - Gereja Paroki Santo Ignatius Krapyak

DI sela-sela khotbah Romo ketika mengunjukkan Misa di Gereja Santo Ignatius Krapyak beberapa waktu yang lalu, Romo “menantang” umat apakah sudah siap seandainya Gereja St Ignatius Stasi Krapyak ditingkatkan statusnya menjadi Paroki. Jawaban umat tanpa komando menjawab siaaaap. Dan jawaban ini tidak main-main. Tengok saja setiap hari Minggu sesudah Misa, ada dua meja yang dikerumuni oleh petugas dan umat yang akan bertransaksi.

Ada yang menyumbang untuk pembangunan Rumah Pastor, ada yang mendaftar Sosial Kematian, dan lain-lain. Sedangkan di dalam gereja ada kegiatan Sekolah Minggu, pelajaran calon baptis, di lantai II ada pelajaran calon penerima Krisma. Pokoknya meriah deh. Gereja menjadi hidup. Ini sejalan dengan ARDAS KAS 2011-2015 yaitu pengembangan habitus baru berdasarkan semangat Injil, dan optimalisasi peran kaum awam. Bahkan Dewan Stasi mengundang/menghadirkan para mahasiswa calon Romo dari Kentungan Yogyakarta, disebar ke lingkungan-lingkungan untuk mengetahui perkembangan lingkungan, dikandung maksud agar hasilnya bisa dibuat acuan membuat sejarah perkembangan Stasi secara akurat dan benar.   

Namun sayang, semua kegiatan ini kurang mendapat respon dari sebagian umat terutama keluarga yang mempunyai anak kecil. Tengok saja, setiap misa selalu gaduh karena suara tangisan, celotehan, keluar masuk membawa makanan, apalagi kalau mereka memakai alas kaki yang berbunyi ciat-ciat. Sedangkan ibu mereka tetap duduk manis, sepertinya tidak ada usaha untuk menasehati si kecil untuk duduk diam. Ditambah lagi ketika Berkat Anak. Mereka berlarian, berdesak-desakan dengan yang sedang menerima komuni.

Barangkali petugas Tatib bisa membantu mengarahkan agar mereka berjalan tertib, kedua telapak tangan dikatupkan di dada, demikian pula sewaktu pulang setelah menerima Berkat. Sejak dini kita diajari mereka tertib dan diberitahu kalau Tuhan hadir ketika misa. Apalagi saat konsekrasi atau Doa Syukur Agung.

Tentunya kita semua juga ingin ketika misa berlangsung, suasana begitu hening, senyap, sakral, sehingga kita bisa khusuk berdoa/berdialog dengan Tuhan. Kapan suasana hening seperti ini terlaksana? Tunggu saja tanggal mainnya. Semoga.

Cah Kidul Kono

 
Modified by Team Komsos | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls